IRRI dan 17 Negara Asia Berkumpul di Bali Bahas Penerapan Standar Produksi Beras Asia
DENPASAR –International Rice Research Institute (IRRI) bersama negara-negara penghasil padi di Asia yang tergabung dalam Council for Partnership on Rice Research in Asia (CORRA) berkumpul di Bali, Rabu (1/11) untuk membahas berbagai peluang, tantangan, dan solusi dalam pengelolaan sistem pangan pertanian, termasuk bagaimana memberikan nilai tambah dan meningkatkan standar produksi beras di kawasan Asia.
Pertemuan ini tidak hanya memberikan pengetahuan penting namun juga kesempatan untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman tentang tantangan dan solusi yang muncul dalam sistem pertanian pangan berbasis beras di Kawasan Asia. Di Indonesia, pertanian telah menjadi sektor yang konsisten sebagai penopang perekonomian negara meski dalam kondisi sulit seperti saat pandemi Covid-19. Meski demikian, dampak perubahan iklim yang terjadi saat ini perlu diwaspadai dan dicarikan jalan keluar bersama.
Dalam berbagai kesempatan, Menteri Pertanian Amran Sulaiman menegaskan target produksi beras 3,5 juta ton hingga akhir 2023. "Kami beri target kalau bisa 5 bulan ini, nanti November (produksi beras) 1,5 juta ton, terus bulan depannya minimal 2 juta ton kira-kira. Itu harus dicapai. Itu mutlak," ungkap Mentan. Untuk mencapai target tersebut, Mentan juga menyatakan bahwa pihaknya telah menyiapkan benih siap tanam bagi para petani.
Kepala Badan Standardisasi Instrumen Pertanian Fadjry Djufry menyatakan bahwa benih bersertifikat dan memenuhi standar merupakan salah satu kontribusi dalam menjamin kelangsungan produksi padi. “Dari benih bersertifikat, salah satu unsur penentu mutu untuk menjamin potensi produksi yang baik dari varietas unggul telah terpenuhi,” jelasnya.
Dalam upaya menjaga serta meningkatkan produksi di tengah tantangan perubahan iklim, Fadjry juga menjelaskan bahwa pihaknya tengah melakukan revitalisasi sistem perbenihan nasional bersama para pemangku kepentingan lain untuk menjamin para petani memperoleh padi dengan kualitas terbaik. “BSIP juga melakukan pendampingan best practice sistem usaha tani sesuai dengan Standar Nasional Indonesia melalui Balai Penerapan yang ada di seluruh Indonesia,” lanjutnya.
Seiring dengan tantangan lingkungan hidup serta semakin tingginya tuntutan terhadap kualitas dan preferensi pasar beras, BSIP bekerjasama dengan IRRI telah mengelola lebih dari 6.000 aksesi galur padi dalam memperkuat penyediaan dan pengelolaan plasma nutfah untuk ketersediaan sumber varietas padi baru.
Pertemuan tahunan CORRA ke-27 pada tahun ini mengangkat beberapa topik yaitu gene editing, diversifikasi produk beras, pertanian dengan input rendah (low input agriculture), pertanian sirkular dan nilai tambah beras.
Sekretaris BSIP Haris Syahbuddin menambahkan standardisasi dalam pertanian padi menjadi penting khususnya dalam menghadapi dampak perubahan iklim yang tengah menjadi perhatian global. “Penerapan standar dalam pertanian berkaitan juga dengan upaya pengurangan emisi karbon.” ungkapnya.
Dalam pertemuan ini dihasilkan beberapa kesepakatan yang dilaksanakan bersama antara lain peningkatan kolaborasi program kerja sama Selatan-Selatan dan Triangular di Asia dan Afrika untuk meningkatkan ketahanan pangan dan gizi regional dan global, daya saing petani, kelestarian lingkungan, ketahanan dan inklusivitas terhadap perubahan iklim, mendukung penerapan secara luas metode pertanian dengan input rendah yang meminimalkan penggunaan sumber daya, mengurangi dampak lingkungan, dan meningkatkan ketahanan sistem pertanian, serta mendorong nilai tambah, pengolahan, dan pemasaran produk beras untuk menciptakan peluang ekonomi baru bagi petani dan pengusaha pertanian.
Kementerian Pertanian sebagai tuan rumah menekankan pentingnya standar dalam sistem usaha pertanian. Hal ini juga yang menjadi dasar lahirnya BSIP yang memiliki mandat untuk melakukan pengelolaan standardisasi pada sektor pertanian. Upaya ini disambut baik oleh para delegasi yang menyepakati untuk mengadopsi praktik standar dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas padi. Standardisasi juga akan menjadi topik yang dibahas dalam pertemuan CORRA tahun depan di Korea Selatan.
CORRA merupakan program kerjasama antara IRRI dengan lembaga penelitian dan pengembangan dari 16 negara penghasil padi di Asia yaitu Indonesia, Bangladesh, Kamboja, Tiongkok, India, Jepang, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Filipina, Republik Korea, Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam.
Dalam pertemuan ini, Uzbekistan yang sebelumnya menjadi peserta observer dikukuhkan menjadi anggota CORRA, sehingga saat ini secara resmi terdapat 17 negara Asia yang menjadi anggota CORRA.